Rabu, 27 Februari 2013

Mr. Faith

Ku penuhi seisi ruangan dengan lantunan kata terimakasih yang menggantung di udara. Tak akan ku biarkan mereka menguap. Tak akan ku biarkan mereka menggantung tanpa arti. Aku hanya ingin kau pahami bahwa sesungguhnya aku merasa sangat di berkati, dan sewajarnya kata tersebut ku lantunkan di sepanjang hidupku, kepadamu.

Terimakasih.
Terimakasih karena memberiku segudang pengalaman.
Terimakasih karena memberiku kesempatan untuk bercermin dan berkubang dari segala kenistaan yang pernah ku perbuat.
Terimakasih karena menguatkan dan mendewasakan pada saat yang bersamaan.
Terimakasih karena membuka jalan kebenaran, dan meluruskan yang telah lama membelok.
Terimakasih karena mengajarkan bahwa semua akan bisa karena terbiasa. 
Terimakasih karena menyadarkan bahwa untuk terbiasa tak harus memaksakan.
Terimakasih karena mempersilahkan waktu menyembuhkan luka yang sekali lagi yang disembuhkan tanpa harus ada paksaan.


Aku belajar, bahwa sesungguhnya untuk beradaptasi di kala kabut hitam menerjang bukanlah dengan memaksakan, melainkan mengiklhaskan. Terimakasih, untuk engkau yang walaupun kita tak pernah bertatap muka sekalipun tetapi tetap setia untukku menuntun ke jalan yang lebih baik. Terimakasih untuk engkau yang tak berwujud tetapi nyata, terimakasih, Mr. Faith.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar